Paksa Klik Iklan Pada Blogger UNTUK MENUTUP IKLAN

22/09/10

Lidah adalah amanah
Kualitas diri seseorang bisa di ukur dari kemampuan menjaga lidah. Orang-orang beriman tentu akan berhati hati dalam menggunakan lidahnya. Wahai orang orang beriman takutlah kalian pada allah dan berkatalah dengan kata kata yang benar ( QS Al Ahzab 70 ) sementara itu rasullulah s aw bersabda yang artinya ‘ siapa yang beriman pada allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata baik attau diam ( HR Bukhari)
Rasullulah adalah figur teladan yang sangat menjaga kata katanya. Belia berbicara, berdialog, juga berkhutbah dihadapan jamaah dengan akhlak. Demikian tinggi akhlak belia hingga di sebutkan bahwa kulitas akhlak belia adalah Al Quran. Mulut manusia itu seperti moncong teko. Moncong teko itu hanya mengeluarkan isi teko, cukup liat dari apa yang di keluarkan dari moncong teko. Kalau ingin tau isi moncong teko cukup lihat dari apa yang di keluarkan dari moncong itu. Begitu pun jika ingin melihat kualitas diri seseorang, lihat saja dari apa yang sering di keluarkan oleh mulutnya.
Nabi muhammad saw termasuk orang orang yang sangat jarang berbicara namun sekali berbiara isi pembicaraannya bisa di pastikan kebenarannya. Bobot ucapan nabi sangat tinggi. Seolah tiap kata yang di ucapkan adalah butir butir mutiara yang cemerlang. Indah berharga bermutu dan monumental.
Dalam sebuah kitab ada keterangan menarik. Di sebutkan ada empat jenis manusia di ukur dari kulitas ucapnnya.
Pertama orang yang berkualitas tinggi yaitu kalau dia berbicara isinya sarat dengan hikmah, ide, gagasan, solui, ilmu dan sebagainya. Ketika di sodorkan padanya tentang keluhan krisis dengan tangkas di menjawab krisis adalah peluang bagi kita untuk mengevaluasi kekurangan yang ada. Dengan krisis siapa tahu kita akan lebih kreatif. Siapa saja yang bisa berbicara tentang solusi, gagasan, hikmah dan hal ahal serupa itu insya allah adalah manusia yang berkualitas.
Kedua orang yang biasa biasa saja. Ciri orang yang seperti ini adalah selalu sibuk menceritakan peristiwa, apa saja di komentari, dia seperti juru bicara yang wajib berkomentar

Ketiga orang rendahan cirinya kalau berbicara isinya hanya mengeluh, mencea atau menghina apa saja bisa jadi bahan keluhan

Keempat yaitu orang yang dangkal dalah mereka yang semua pembicaraannya tidak keluar dari menyebut nyebut kehebatan dirinya, jasa jasanya, kebaikan-kebaikannya. Orang yang dangkal tiada bosan mengekspose diri, menyebut jasa, kebaikan dan prestasinya dia selau ingin tampak menonjol dan mendominasi. Jika ada orang lain yang secara waja lebih baik, hatinya teriris iris, tidak rela, dan sangat berharap ornag itu akan cepat celaka

0 comments