Paksa Klik Iklan Pada Blogger UNTUK MENUTUP IKLAN

KUMPULAN MATERI PSIKLOGI UMUM

03/09/10

KUMPULAN MATERI PSIKOLGI UMUM

A. Pengertian

1. George A. Miller dalam bukunya Psycology and communication: “Psycology is the science that attempts to describe, predict and control mental and bahavioral events” (psikologi adalah ilamu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku)
2. Roberts Woodworth dan Marquis DG dalam bukunya Psycology: “Psycology is the scientific studies of individual activities relations to the inveronment” (psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitarnya).

B. Pendekatan-pendekatan Terhadap Psikologi

1. Pendekatan Neorobiologi

Pada intinya kejadian-kejadian psikologi tergambar dalam kebiasaan yang digerakkan oleh otak dan sistem saraf. Suatu pendekatan terhadap studi manusia berusaha menghubungkan perilaku dengan hal-hal yang terjadi dalam tubuh, terutama dalam otak dan sistem syaraf, pendekatan ini mencoba mengkhususkan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan kegiatan mental

2. Pendekatan perilaku (Behaviorisme)

Pendekata ini mempelajari individu dengan cara mengamati perilakunya dan bukan mengamati bagian dalam tubuh. menurut aliran psikologi behaviorisme tingkah laku manusia merupakan bentuk dari pengondisian lingkungan.

3. Pendekatan kognitif

Pendekatan ini memandang manusia itu mendapatkan informasi melalui kenrja otak dalam memproses informasi yang bersal dari reseptor.

4. Pendekatan Psikoanalitik

Dasar pemikiran teori freud ialah bahwa sebagian besar perilaku kita berasal dari proses yang tidak disdari (unconscious processes),proses yang tidak disadari ialah pemikiran, rasa takut,aliran ini memenadang ada tiga unsur penting dalam manusia yaitu ID.ED, dan EGO.

5. Pendekatan Fenomenologis

Pendekatan ini berhubungan dengan pandangan pribadian mengenai dunia dan penafsiran mengenai berbagai kejadian yang dihadapinya (objektif).

C. Ruang Lingkup Psikologi Kontemporer

Bidang-bidang psikologi antara lain:

1. Psikologi eksperimental dan fisiologi
2. Psikologi perkembangan, psikologi sosial, dan psikologi kepribadian
3. Psikologi klinis dan penyuluhan
4. Psikologi sekolah dan pendidikan
5. Psikologi industri dan rekayasa

INGATAN (MEMORY)

Perbedaan-perbedaan dalam ingatan

1. Tahapan ingatan
Kekuatan ingatan minor dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu:

a. Tahapan encoding
Anda mengubah fenomena fisik (gelombang-gelombang suara) yang sesuai dengan nama yang diucapkan ke dalam kode yang diterima ingatan dan anda menempatkan kode tersebut dalam ingatan

b. Tahapan penyimpanan (storage stage)
Anda mempertahankan atua menyimpan nama itu selama waktu antara kedua pertemuan tadi

c. Tahapan mengingat kembali (retrieval stage)
Anda dapat mendapatkan kembali nama itu dari penyimpanan pada waktu pertemuan kedua

2. Jenis Ingatan

a. Ingatan jangka pendek

1) Pemasukan pesan dalam ingatan (encoding)

Untuk dapat menyimpan informasi ke dalam ingatan jangka pendek, harus memperhatikan informasi tersebut. Karena kita sangat selektif tentang apa yang kita perhatikan, ingatan jangka pendek kita hanya berisi apa yang dipilih. Hal ini berarti bahwa sebagian besar dari apa yang telah terlihat oleh kita tidak pernah memasuki ingatan jangka pendek dan tentu saja tidak akan mungkin dapat digunakan untuk pengingat kembali di kemudian hari.

2) Penyimpanan (storage)
Mungkin kenyataan yang paling mencolok mengenai ingatan pendek ialah bahwa ingatan ini mempunyai kapasitas yang terbatas. Batas rata-ratanya adalah 7 butir lebih atau kurang dua (7 ± 2). Sebagian orang dapat menyimpan paling sedikit 5 butir, yang lainnya dapat menyimpan 9. Jumlah tertinggi merupakan rentang ingatan subjek (subject’s memory span)

Dengan adanya kapasitas yang begitu pasti kita cenderung memandang ingatan jangka pendek sebagai sebuah kotak mental yang mempunyai tujuh slot (bilik). Setiap butir yang memasuki ingatan jangka pendek masuk ke dalam masing-masing slot. Selama jumlah butir tidak melebihi jumlah slot kita akan dapat mengingat butir-butir dengan sempurna. Ketika semua slot sudah terisi dan sebuah butir baru akan masuk, salah satu butir lama harus pergi. Butir yang baru menggantikan butir yang lama.

3) Pengingatan Kembali (retrieval)
Pengingatan kembali disusun dalam tiga tahapan
a) Subjek memasukkan stimulus probe ke dalam suatu bentuk yang dapat dibandingkan dengan butir-burit yang sudah tersimpan dalam ingatan jangka pendek
b) Subjek membandingkan kede yang berurutan dengan setiap butir yang ada dalam ingatan pendek
c) Subjek mulai dengan memberikan sebuah respon yang berakibat pada ditekannya tombol “ya” atau “tidak”

b. Ingatan Jangka Panjang
Ingatan jangka panjang meliputi informasi yang telah disimpan dalam ingatan dengan rentang waktu beberapa menit atau sepanjang hidup.
1) Pemasukan pesan dalam ingatan (encoding)
Untuk materi verbal, kode ingatan jangka panjang yang dominan tidak bersifat akustik atau visual, melainkan tampaknya didasarkan pada pegertian akan butir-butir tersebut. Jika kita menghafal suatu kata yang panjang dan mencobanya untuk mengingat kembali beberapa menit kemudian, kita pasti akan membuat kekeliruan. Sebagian kata-kata yang keliru itu mempunyai pengertian yang sama dengan kata-kata yang benar. Misalnya jika kata “lekas” dalam daftar mungkin kita akan keliru ingat dengan kata “cepat”.
Pengkodean melalui pengertian, tampaknya menghasilkan ingatan yang terbaik. Dan semakin mendalam atau lengkap seorang menyerap pengertian, semakin baik ingatan yang terjadi. Maka, kalau kita harus mengingat satu hal dalam sebuah buku teks kita akan mengingatnya lebih baik, jika kita memusatkan pikiran pada pengertiannya dan bukan pada kata-kata yang tercantum dan semakin mendalam dan menyeluruh kita menghayati maknanya semakin baik kita mengingatnya.
2) Penyimpanan dan pengingatan kembali (storage and retrieval)
Banyak kasus mengenai proses lupa dari ingatan jangka panjang ini tampaknya merupakan akibat dari tidak adanya cara untuk mencapai informasi itu bukan karena tidak adanya informasi itu sendiri. Maka, ingatan yang lemah dapat mencerminkan kegagalan pengingatan kembali dan bukan merupakan kegagalan penyimpanan informasi. Oleh karena itu penting diketahui faktor yang meningkatkan dan menurunkan pengingatan kembali.
a) Faktor yang meningkatkan pengingatan kembali ialah mengorganisasi dalam penyimpanan dan memastikan bahwa konteks informasi yang diingat kembali sama dengan konteks informasi di mana kita memasukkan pesan dalam ingat.
b) Faktor yang menurunkan pengingat kembali ialah interferensi

INTELEGENSI

1. Pengertian Intelegensi
pelopor dalam menyusun tes inteligensi adalah Alfred Binet ia, mengemukakan pendapatannya bahwa inteligensi mempunyai 3 aspek kemampuan yaitu:
a. Direction, kemampuan untuk memusatkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan
b. Adaptation, kemampuan untuk mendapatkan adaptasi terhadap masalah yang dihadapinya atau fleksibel dalam menghadapi masalah
c. Criticism, kemampuan untuk mengadakan kritik baik terhadap masalah yang dihadapi maupun terhadap dirinya sendiri
Pengertian inteligensi, menurut Whitherington, mempunyai ciri-ciri hakiki berikut:
a. Cepat, makin cepat suatu pekerjaan diselesaikan, makin cerdaslah orang yang menyelesaikan
b. Cekatan biasanya dihubungkan dengan pekerjaan tangan, dengan mudah dan ringkas menjelaskan sesuatu
c. Tepat sesuai dengan tuntutan keadaan

2. Ciri-ciri Pelaku Inteligensi
Menurut Effendi dan Praja, ciri-ciri tingkah laku yang inteligensi adalah sebagai berikut:
a. Purposeful behavior, artinya tingkah laku yang inteligensi selalu terarah pada tujuan
b. Organized behavior, artinya tingkah laku yang terkordinasi, tidak acak-acakan
c. Physical well taned behavior, artinya memiliki sikap jasmaniah yang baik, penuh tenaga dan tangkas
d. Adaptable behavior, artinya tingkah laku yang fleksibel, tidak statis dan kaku
e. Success oriented bahavior, artinya tingkah laku yang didasari perasaan aman, tenang, penuh kepercayaan akan sukses
f. Clearly motivated behavior, artinya tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhannya dan bermanfaat bagi orang lain
g. Rapid behavior, artinya tingkah laku yang efisien, efektif, dan cepat
h. Broad behavior, artinya tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan luas serta jiwa yang terbuka


Distribusi Normal tingkat kecerdasan
IQ / tingkat kecerdasan Deskripsi Verbal Persentase Populasi dalam Setiap Kelompok
0 – 19
20 – 49
50 – 69
70 – 79
80 – 89
90 – 109
110 – 119
120 – 129
130 – 139
140 – 179
180 ke atas Idiot
Embicile
Moron
Inferior
Bodoh
Normal
Pandai
Superior
Sangat superior
Gifted
Genius 1
-
2
6
15
46
18
8
3
-
1

KEPRIBADIAN

1. Definisi Kepribadian
Kata kepribadian (personality) berasal dari kata latin: persona. Kata persona menunjukan pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di zaman Romawi dalam memainkan peranan-peranannya.
Alport mendefinisikan kepribadian yaitu bahwa setiap individu bertingkah laku dalam caranya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, sehingga tidak akan ada dua orang yang bertingkah laku sama, karena setiap individu memiliki kepribadian sendiri.

2. Teori-teori Kepribadian
a. Teori kepribadian psikoanalisis
Dalam mencoba memahami sistem kepribadian manusia, freud, membangun model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu. Ketiga sistem itu yaitu:
1) Id, bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera impuls biologis
2) Ego, mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai dengan cara yang diterima masyarakat
3) Superego (hati nurani) memiliki standar moral pada individu
Selanjutnya, teori frud mengenai dinamika kepribadian, menyatakan bahwa terdapat sejumlah energi psikis (libido) yang konstan untuk setiap individu. Teori ini berpendapat bahwa dorongan id yang tidak bisa diterima dapat menimbulkan kecemasan, yang bisa diturunkan oleh mekanisme pertahanan. Kemudian, teori feud mengenai perkembangan kepribadian menyatakan bahwa individu melewati tahap psikoseksual (seperti oral, onal, falik) dan harus memecahkan konflik oedipal.
b. Teori-teori Sifat (Trait Theories)
Yang dimaksud dengan teori-teori sifat pada dasarnya meliputi “psikologi individu” Gordon Williard Allport “Psikologi Konstitusi William Sheldon” “teori faktor” Roymond (attell). Teori-teori ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories).
Bagi Allport, sifat adalah sesuatu yang sesungguhnya eksis namun tidak terlihat. Itu terletak dalam bagian tertentu dalam sifat saraf. Meskipun tidak terlihat, kita bisa merasakan kehadirannya dengan mengamati konsistensi dari perilaku seseorang.
Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan pribadi (personal disposition) sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat membandingkan individu satu sama lainnya, kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat yang ada dalam diri individu.
c. Teori kepribadian Behaviorisme
Menurut skinner, individu adalah organisme yang memperoleh pembendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Kemudian, skinner menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk mengontrol perilaku. Kemudian banyak diantaranya dipelajari oleh social learning theoritist, yaitu:
1) Pengekangan fisik (physical restraints)
2) Bantuan fisik (physical aids)
3) Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)
4) Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)
5) Melakukan respons-respons lain (perforning alternative responses)
6) Menguatkan diri secara positif (positive self reinforcement)
7) Menghukum diri sendiri (self punishment)
d. Teori Psikologi Kognitif
Pandangan tori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran. Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini dimungkinkan juga faktor-faktor di luar diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran manusia.

3. Tipe-tipe Kepribadian
Pada dasarnya, setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain. Kita mengenal Hippocrates dan Galenus yang mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi 4 golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya. Yaitu:
a. Melancholicus (melankolisi), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga
b. Sanguinicus (sanguinisi) yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-orang tipe ini selalu menunjukkan waja yang berseri-seri, periang, dan bersikap optimistis
c. Flegmaticus (flegmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang tipe ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya selalu tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.
d. Cholericus (kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang tipe ini bertubuh besar dan kuat, namun penarik darah dan sukar mengenalikan diri, sifatnya garang dan agresif.
Menurut Jung, tipe manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:
a. Tipe extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat
b. Tipe introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya pada “aku” nya

PERSEPSI

1. Pengertian Persepsi
Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perceptio, dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Kata persepsi biasanya dikaitkan dengan kata lain, menjadi persepsi diri, persepsi sosial dan persepsi interpersonal.
Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian, yaigu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut Devita, persepsi ialah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memengaruhi indra kita. Gulo mendefinisikan persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Yusuf menyebut persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan. Pareek memberikan definisi yang lebih luas ihwal persepsi ini sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindra atau data.

2. Proses Persepsi
Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu untuk mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari merubah persepsinya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama berikut:
a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit
b. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang
c. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sbeagai reaksi
Jadi, proses persepsi ialah melakukan seleksi, interpretasi dan pembulatan terhadap informasi yang sampai. Dalam definisi pesepsi dikemukakan Pareek di atas, mencakup beberapa segi atau proses yaitu:
a. Proses menerima rangsangan
Proses pertama dalam persepsi ialah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra.
b. Proses menyeleksi rangsangan
Setelah diterima, rangsangan / data diseleksi. Dua kumpulan faktor menentukan seleksi rangsangan itu yaitu faktor intern dan eksternal.
1) Faktor-faktor intern yang mempengaruhi seleksi persepsi
a) Kebutuhan psikologis
b) Latar belakang
c) Pengalaman
d) Sikap dan kepercayaan umum
e) Penerimaan diri
2) Faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi seleksi persepsi
a) Intensitas
b) Ukuran
c) Kontras
d) Gerakan
e) Ulangan
f) Keakraban
g) Sesuatu yang baru
Sementara itu, Devito menyebutkan enam proses yang mempengaruhi persepsi yaitu teori kepribadian implisit, ramalan yang dipenuhi sendiri, aksentuasi perseptual, primasi – resensi, konsistensi dan stereotip
c. Proses pengorganisasian
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni:
1) Pengelompokan
Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokkan rangsangan antara lain:
a) Kesamaan, rangsangan-rangsangan yang mirip dijadikan satu kelompok
b) Kedekatan, hal-hal yang dekat antara satu dengan yang lain juga dikelompokkan menjadi satu
c) Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap
2) Bentuk timbul dan latar
Dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan rangkaian / gejala lainnya berada di latar belakang.
3) Kematangan persepsi
Ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi dan perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya.
d. Proses penafsiran
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan.
e. Proses pengecekan
Setelah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Data itu dapat dicek dengan menanyakan kepada orang-orang lain mengenai persepsi mereka.
f. Proses reaksi
Tahap terakhir dari proses perseptual ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat suatu sehubungan dengan persepsinya.

3. Perkembangan Perseptual
Peneliti mengenai perkembangan persepsi mempelajari sampai tingkat mana kapasitas pesepsi si diturunkan dan sampai tingkat mana dipelajari oleh pengelaman. Menurut Atkinson untuk menentukan kapasitas turunan, para penelitia mempelajari kapasitas diskriminasi bayi dengan menggunakan metode melihat preferensial dan visual-evoked potential. Ketajaman penglihatan, yang penting untuk pengenalan, meningkat secara cepat selama 6 bulan pertama kehidupan dan kemudian meningkat lebih lambat sampai mencapai tingkat dewasa antara usia 1-5 tahun. Persepsi kedalaman mulai tampak pada sekitar usia 3 bulan, tetapi tidak sepenuhnya terbentuk sampai sekitar usia 6 bulan. Kokonstanan mulai berkembang pada usia 6 bulan, tetapi tidak sepenuhnya berkembang selama bertahun-tahun.

4. Fungsi dan Sifat-sifat Dunia Persepsi
a. Fungsi Persepsi
Penelitian tentang persepsi mencakup dua fungsi utama sistem persepsi yaitu lokalisasi atau menentukan letak suatu objek, dan pengenalan menentukan jenis objek tersebut. Menurut atkinson dkk, untuk melokalisasi objek, kita terlebih dahulu harus menyegregasikan objek kemudian mengorganisasikan objek menjadi kelompok.
b. Sifat-sifat Dunia Persepsi
1) Sifat-sifat umum dunia persepsi
a) Dunai persepsi mempunyai sifat ruang
b) Dunai persepsi mempunyai dimensi waktu
c) Dunai persepsi itu berstruktur menurut berbagai objek prsepsi
d) Dunai persepsi adalah suatu dunia yang penuh dengan arti
2) Sifat-sifat yang khusus bagi masing-msing indra tersendiri.
Di antara sifat-sifat terdapat berbagai kelompok yang khusus bagi indra-indra, merah dan kuning termasuk kelompok yang berlainan dengan asam dan asin, suatu keseluruhan sifat sensoris yang khas bagi suatu indra tertentu kita sebut modalitas. Warna adalah suatu modalitas yang khusus bagi mata, bunyi bagi telinga.

5. Persepsi dan Sensasi
Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi. Sensasi, atau dalam bahasa Inggrisnya sensation, berasal dari kata latin, sensatus, yang artinya dianugerahi dengan indra atau intelek. Secara lebih luas, sensasi dapat diartikan sebagai aspek kesadaran yang paling sederhana yang dihasilkan oleh indra kita, seperti temperatur tinggi, warna hijau, rasa nikmatnya sebatang coklat. Benyamin B Wolman menyebut sensasi sebagai pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra.
Jadi proses sensasi dan persepsi itu berbeda. Dalam ungkapan lain disebutkan, sensasi ialah penerimaan stimulus lewat alat indra, sedangkan persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak, meskipun alat untuk menerima stimulus itu serupa pada setiap individu, interpretasinya berbeda.

6. Persepsi dan Kognisi
Persepsi, kognisi, penalaran dan perasaan sesungguhnya berlangsung secara simultan, dan kebanyakan dari apa yang disebut pemikiran, impian, bayangan, berkhayal, belajar dan semacamnya merupakan kombinasi unsur-unsur persepsi, kognisi, penalaran dan perasan tersebut.
Secara singkat, persepsi (perception) dapat didefinisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan. Kognisi (cognition) adalah cara manusia memberi arti pada rangsangan. Penalaran (reason) adalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan dengan rangsangan pada tingkat pembentukan kegiatna psikolotis. Perasaan (feeling) adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh rangsangan, baik sendiri maupun bersama-sama dengan rangsangan lain pada tingkat kognisi atau konseptual.

7. Dunia Persepsi Sebagai Dunia Bentuk
Robert Fontz adalah pelopor dalam bidang ini dengan satu peneuan yang ia beri nama “alat preferensi visual”. Ia memberi alasan bahwa kita pada bayi diperlihatkan dua pola secara bersamaan dan si bayi lebih menyukai pola yang satu dibandingkan dengan yang lain, ia seharusnya dapat membedakan pola tersebut. Ia merancang sebuah dipan untuk bayi, yang disebut “bilik pandangan”. Di atas dipan itu bisa diperlihatkan dua pola kartu berbeda, ia menghitung berapa lama tiap bayi memandang tiap-tiap pola.
Dalam persepsi, kita menangkap objek-objek. Obejk-objek ini kurang lebih berdiri sendiri mengandung struktur di dalamnya dan mempunyai batas-batas di luarnya. Dengan kata lain, objek-objek itu mempunyai bentuk. Bentuk inilah yang terutama memungkinkan kita untuk mengenal dan mengingat kembali objek-objek tersebut yang memungkinkan kita mengorientasikan diri dan sebagainya.

DIRI, KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN DIRI

1. Diri (Self)
William James, menanamkan diri cermin itu sebagai “diri publik” (public self atau me) yang dibedakannya dari “diri pribadi atau “aku” (private self atau I). Jadi, menurut James ada dua jenis diri yaitu “diri” dan “aku”. Diri adalah aku sebagaimana dipersepsikan oleh orang lain atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan aku adalah inti dari diri aktif, mengamati, berfikir dan berkehendak (subjective self).
Akan tetapi, teori James yang menggunakan dua diri ini, menurut Sarwono, sulit dikembangkan lebih lanjut karena baik dalam praktek maupun dalam penelitian-penelitian, sulit dibedakan antara dua diri itu. Oleh karena itu dalam pandangan Sarwono, teori-teori yang timbul kemudian menggunakan salah satu dari konsep itu saja, yaitu self (diri) atau ego (aku) atau menggabungkan kedua konsep itu dalam satu konsep yang lebih menyeluruh yaitu kepribadian.
Dalam pandangan para ahli psikologi, ego selain lebih luas dari self, juga lebih bersifat hakikat, lebih inti dari pada pribadi manusia, sedangkan self adalah lebih sebagai perwujudan fungsional daripada ego.

2. Konsep Diri (Self Concept)
a. Diri sebagai bangunan konsep
Dalam kaitan ini, kita dapat melihat sekurangnya lima aspek dari diri, yakni:
1) Fisik diri, tubuh dan semua aktivitas biologis berlangsung di dalamnya. Walaupun banyak orang mengidentifikasikan diri mereka lebih pada akal pikiran daripada tentang tubuh mereka sendiri.
2) Didi-sebagai-proses. Suatu aliran akal pikiran emosi dan perilaku kita yang konstan. Apabila kita mendapat suatu masalah, memberikan respons secara emosional, membuat suatu rencana untuk memecahkannya dan kemudian melakukan tindakan, semua peristiwa tersebut adalah bagian dari diri-sebagai-proses.
3) Diri-sosial, terdiri atas akal pikiran dan perilaku yang kita ambil sebagai respons secara umum terhadap orang lain dan masyarakat. Dalam masyarakat kita memainkan peran tertentu dan kita mengidentifikasi diri dengan peran tersebut secara kuat.
4) Konsep-diri adalah apa yang terlintas dalam pikiran saat anda berpikir tentnag “saya”, masing-masing kita melukis sebuah gambaran mental tentang diri sendiri, dan meskipun gambaran ini mungkin sangat tidak realistis, hal tersebut tetap milik kita dan berpengaruh besar pada pemikiran dan perilaku kita.
5) Cita-diri, apa yang anda inginkan. Cita diri merupakan faktor yang paling penting dari perilaku anda. Lebih jauh lagi, cita-diri anda akan menentukan konsep-diri anda, dengan mengukur prestasi anda yang sebenarnya dibandingkan dengan cita-diri yang membentuk konsep-diri anda.
b. Hakikat konsep diri
Menurut Jalaluddin Rakhmat, walupun konsep diri merupakan tema utama psikologi humanistik yang muncul belakangan ini. Pembicaraan tentang konsep diri dapat dilacak sampai William James. James membedakan antara “The I” diri yang sadar dan aktif, menurut James ada dua jenis diri yaitu “diri” dan “aku”. Diri adalah aku sebagaimana yang dipersepsikan oleh orang lain atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan aku adalah inti dari diri aktif, mengamati, berpikir dan berkehendak (subjective self).
Lalu, apakah konsep diri itu? Siapakah saya? Apakah saya? Jawaban dari pertanyaan tersebut akan mengandung konsep diri yang terdiri atas:
1) Citra-diri (self-image). Bagian ini merupakan deskripsi sederhana, misalnya saya seorang pelajar, saya seorang kakak dan sebagainya
2) Penghargaan-diri (self esteem). Bagian ini meliputi suatu penilaian, suatu perkiraan, mengenai kepantasan-diri (self worth), misal saya peramah, saya pintar dan sebagainya.
Jadi konsep diri adalah semua persepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain.
c. Bagaimana kosep diri terbentuk?
Konsep diri pada dasarnya tersusun atas berbagai tahapan yang paling dasar adalah konsep diri primer, yaitu konsep yang terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri. Konsep diri yang baru dan berbeda dari apa yang sudah terbentuk dalam lingkungan rumahnya. Ini menghasilkan konsep diri sekunder.
Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi individu dengan orang-orang di sekitarnya. Apa yang dipersepsi individu lain mengenai diri individu, tidak terlepas dari struktur, peran dan status sosial yang disandang seorang individu. Struktur peran dan status sosial merupakan gejala yang dihasilkan dari adanya interaksi antara individu satu dan individu lain, individu dan kelompok atau antara kelompok dan kelompok.

d. Proses perkembangan konsep diri
Pada dasarnya, pengembangan konsep diri merupakan proses yang relatif pasif. Pada pokoknya anda berperilaku dengan cara tertentu dan mengamati reaksi orang lain terhadap perilaku Anda. Hal ini tidak perlu berupa proses pemikiran, bahkan sering kali terjadi melalui berbagai kesempatan yang tersedia. Mead dan Cooley yakin bahwa konsep diri merupakan sesuatu cerminan cara yang disajikan orang lain sebagai tanggapan kepada kita. Kesan pribadi seseorang merupakan cerminan cara yang dipikirkan orang tersebut mengenai reaksi orang lain kepadanya selama masa kecilnya.
Ada 2 hal yang mendasari perkembangan konsep diri kita yaitu:
3) Pengalaman kita secara situasional
Segenap pengalaman yang datang pada diri kita tidak seluruhnya mempunyai pengaruh kuat pada diri kita. Jika pengalaman-pengalaman itu merupakan sesuatu yang sesuai dan konsisten dengan nilai-nilai dan konsep diri kita, secara rasional dapat kita terima. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut tidak konsisten dengan nilai-nilai dan konsep diri kita, secara rasional tidak dapat kita terima.
4) Interaksi kita dengan orang lain
Pandangan kita terhadap diri sediri adalah dasar dari konsep diri kita dan untuk memperoleh pengertian mengenai diri kita tersebut dapat dilakukan melalui interaksi dengan orang lain yang tentunya disertai persepsi dan kesadaran kita tentang cara orang lain tersebut melihat kita dan reaksi mereka terhadap kita.
e. Faktor yang mempengaruhi konsep diri
Menurut William Brooks ada empat faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu:
1) Self Apprasial – Viewing self asan objct
Istilah ini menunjukkan suatu pandangan, yang menjadikan diri sendiri sebagai objek dalam komunikasi, atau dengan kata lain adalah kesan kita terhadap diri kita sendiri
2) Reaction and Response of others
Konsep diri dipengaruhi oleh reaksi serta respons orang lain terhadap diri kita, misalnya saja dalam berbagai perbincangan masalah sosial
3) Roles you play – role taking
Dalam hubungan pengaruh peran terhadap konsep diri, adanya aspek peran yang kita mainkan sedikit banyak akan mempengaruhi konsep diri kita.
4) Reference groups
Yang dimaksud adalah kelompok yang kita menjadi anggota di dalamnya. Jika kelompok ini kita anggap penting, dalam arti mereka dapat menilai dan bereaksi pada kita, hal ini akan menjadi kekuatan untuk menentukan konsep diri kita.

3. Penyesuaian Diri
a. Apakah penyesuaian diri itu?
Hidup manusia sejak lahir sampai mati tidak lain adalah penyesuaian diri dan kelainan-kelainan kepribadian tidak lain adalah kelainan-kelainan penyesuaian diri. Karena itu tidaklah heran bila dikemukakan istilah maladjustment, artinya tidak ada penyesuaian. Menurut Musthofa Fahmi, penyesuaian adalah suatu proses dinamika terus menerus yang bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan.
b. Bentuk-bentuk penyesuaian diri
1) Yang adaptive
Sering disebut dengan istilah adaptasi. Bentuk ini lebih bersifat badani. Artinya perubahan-perubahan dalam proses badani untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan.
2) Yang adjustive
Bentuk ini bersangkutan dengan kehidupan psikis kita, karena tersangkutnya kehidupan psikis dalam penyesuaian yang adjustive ini, dengan sendirinya penyesuaian ini berhubungan dengan tingkah laku.
c. Reaksi-reaksi penyesuaian diri
1) Rasionalisasi (rationalization)
Ini terjadi bila seorang individu berupaya memberi penjelasan yang menyenangkan (rasional) penjelasan untuk perilaku yang khusus dan sering tidak diinginkan.
2) Kompensasi (compensation)
Kita merujuk pada konsep konpensasi ketika membicarakan suatu situasi saat orang-orang dengan perasaan ketidakcukupan berusaha sendiri dengan upaya tambahguna mengatasi perasaan-perasaan tidak aman.
3) Negativisme (negativism)
Adalah suatu reaksi yang dinyatakan sebagai perlawanan bawah sadar pada orang-orang / objek-objek lain
4) Kepasrahan (resignation)
Kepasrahan adalah istilah psikologi yang umumnya merujuk pada suatu tipe kekecewaan mendalam yang sangat kuat, yang adakalanya dialami oleh individu-individu.
5) Pelarian (flight)
Reaksi ini boleh jadi dikacaukan dengan kepasrahan. Namun, pelarian mencakup sesuatu yang lebih jauh, yakni melarikan diri dari situasi khusus yang menyebabkan kekecewaan atau kegelisahan.
6) Represi (represion)
Jika tanpa diketahui seseorang mengeluarkan pengalaman atau perasaan tertentu dari kesadarannya
7) Kebodohan-semu (pseudostupidity)
8) Pemikiran obsesif (obsessive thinking)
Merujuk pada perilaku seseorang yang memperbesar semua ukuran realistik dari masalah / situasi yang dialami
9) Pengalihan (displacement)
Proses psikologis dari perasaan-perasaan terpendam yang kemudian dialihkan ke arah objek-objek lain daripada ke arah sumber pokok kekecewaan
10) Perubahan (conversion)
REFERENSI BUKU

Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, Ernest R. Hilgard, Pengantar Psikologi I, Jakarta: Erlangga, 1983.

Drs. Alex Sobur, M.Si, Psikologi Umum, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003.
print this page Print halaman ini



0 comments