Paksa Klik Iklan Pada Blogger UNTUK MENUTUP IKLAN

14/12/12


COPING STRESS DALAM PENYUSUNAN SKRIPSI


A.    PENDAHULUAN
Sebuah buku dengan judul  kesehatan mental membuat saya heran karena dalam buku tersebut terselip sebuah kata yang membuat saya terdorong membuat makalah ini, kata tersebut adalah menikmati gangguan jiwa sebagai sebuah keniscayaan dalam hidup, sebentar saya memikirkan apa yang dimagsud dengan gangguan jiwa, dalam buku tersebut dijelaskan bahwa gangguan jiwa yang dimagsud adalah kesulitan atau problem psikis dengan uraian yang lebih singkat dinamakan dengan istilah tekanan jiwa atau stress.
Skripsi sebagai salah satu momok yang menakutkan bagi mahasiswa turut menyumbang problem psikis pada mahasiswa, terlebih apabila mahasiswa tersebut tidak mampu menguasai tekanan yang didapatnya. Tekanan-tekanan tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan stres, misalnya rendah diri, frustrasi, kehilangan motivasi, menunda penyusunan skripsi  dan bahkan ada yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsinya. Beberapa Gejala awal atau gejala ringan stress yang banyak ditunjukkan oleh mahasiswa antara lain gangguan tidur seperti kesulitan tidur, sering terlihat cemas, mudah marah, malas dll.
Skripsi merupakan salah satu kewajiban yang harus diselesaikan seorang mahasiswa strata satu (S1) sebagai syarat yang harus dikerjakan sebelum memperoleh gelar kesarjanaan. Sebgai sebuah kewajiban akhir, banyak persepsi bagi mahasiswa yang menganggap penyusunan skripsi amatlah sakral, sehingga menjadi momok yang menakutkan bagi sebagaian mahasiswa, sakral yang dimagsud disinia adalah adanya persepsi dalam pembuatan skripsi pasti akan banyak menguras tenaga, waktu, biaya bahkan tak jarang menguras emosi penulis yang ahirnya menimbul gejala stress dalam diri mahasiswa.[1]
Stress sebagai suatu gejala psikologis yang bagi sebagian orang mempersepsikan dengan penyakit kejiwaan tidaklah hal tersebut benar seratus persen, bagi orang dengan kejiwaaan yang normal bahkan kerap kali mengalami gejala stres, stres sendiri bagi kalangan psikologi memiliki penjabaran yang cukup luas, dimana stres tersebut dapat dikategorikan dalam beberapa aspek tingkatan.
Dalam kehidupan sehari hari  manusia tidaklah  bisa lepas dari stres, masalahnya adalah bagaimana  beradaptasi dengan stress tanpa mengalami distress. Tidak semua stress itu berkonotasi negative, bebrapa bersifat positif, misalnya  promosi jabatan, promosi jabatan mengakibatkan tanggung jawab yang semkin besar. Bila ia sanggup menjalankan beban tugas jabatanya yang baru ini dengan baik tanpa ada keluhan berarti, baik secara fisik maupun mental serta merasa senangmaka dikatakan ia tidak mengalami distress.
Dalam makalah ini penulis akan berusaha membahas coping stres dalam penyusunan skripsi, dimana penulis akan berusaha menjabarkan diantaranya mengenai devinisi stress, devinisi skripsi, gejala dan akibat stress yang sering muncul dalam penyusunan skripsi, serta tips untuk meminimalisir stres dalam penyusunan skripsi.
B.     PEMBAHASAN
a.       Devinisi Stres
Dalam terminology Indonesia, stress disebut juga dengan istilah cemas, secara terminology, stress berasal dari pengertian istilah Yunani yaitu merimnai yang merupakan paduan dua kata, yaitu Meriza (membelah, bercabang) dan nous (pikiran). Dari kedua istilah ini pengertian stress berarti mebagi pikiran antara minat-minat yang baik dengan pikiran yang merusak. Oleh sebab itu, orang yang mengalami stres tidak mungkin mengalami kesejahteraan pikiran sebab pikirannya bercabang antara minat-minat yang layak dan merusak. Pikiran yang merusak tersebut disebabkan oleh ancaman karena hal-hal yang tidak mengenakan maupun karena karena suatu yangmenyenangkan kepribadian seseorang. Hal ini membeuat keseimbangan terganggu sehingga memacu stress.
Istilah stress pertama kali diperkenalkan oleh Dr.Hans Selye dari Institute Pengobatan Dan Pembedahan Eksperimental, Universitas Montreal, Canada. Menurut selye, stress merupakan reaksi tubuh yang tidak menentu terhadap apa yang dituntut dari tubuh itu. Selye juga mendevinisikan stress sebagai respon umum dari tubuh terhadap segala jenis tuntutan stressor yang diberikan kepadanya. Menurut selye pada waktu menghadapi stressor, tubuh mengeluarkan reaksi-reaksi yang disebut General Adaptation Syindrom (GAS). Gas terdiri dari tiga tahapan yakni:alarm reaction, tahap dimana terjadi persiapan untuk melawan stressor; stage of resistance, tahap dimana terjadi perlawanan terhadap stressor dan stage of exhaustion, tahapan dimana terjadi pelemahan perlawanan terhadap stressor yang berkepanjangan.
Dalam bukunya the strss if life, Selye merumuskan pengertian yang umum terhadap stress yang meliputi: stress merupakan kelelahan berat yang disebabkan oleh kehidupan; stress merupakan suatu keadaan yang dinyatakan dengan adanya gejala-gejala biologis tertentu dan keadaan ini dapat menyenangkan dapat juga dapat juga tidak menyenangkan; stress merupakan pengerahan daya tahan tubuh yang memungkinkan manusia untuk  menyesuaikan diri terhadap peristiwa peristiwa yang tidak enak atau mengancam; dan stress akan berbahaya jika terlalu berkepanjangan, terjadi terlalu sering, atau terpusat pada satu organ tubuh tertentu.
Sedangkan menurut pandangan psikiater Dadang Hawari, stress adalah respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setip tuntutan beban atasnya. Dicontohkan bagaimana respon tubuh seseorang manakala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan orang tersebut tidak mengalami stres, tetapi apabila ada organ tubuh yang menjadi bermasalah maka dapat dikatan orang tersebut mengalami distress. Lebih lanjut dalam perkembangan selanjutnya ternyata dampak stress ini tidak hanya mengenai gangguan fungsional hingga kelainan organ tubuh, tetapi juga berdampak pada gangguan kejiwaan, misalnya kecemasan dan atau depresi.
Lazarus mendefinisikan stress sebagai  kaitan tertentu antara seseorang dengan lingkungannya dimana ia menilai kondisi itu sebagai sesuatu yang membebaninya atau melebihi kesanggupannya dan membahayakan kesejahteraannya. Dalam teorinya cognitive stress sistem, lazarus menyimpulkan bahawa stress merupakan sebuah produk dari proses kognitif, tentang apa yang kita pikirkan dan bagaimana kita menilai keadaan, teori ini berkembang dari pertanyaan, mengapa suatu bisa menjadi stressor bagi orang yang satu, namun bukan menjadi stressor bagi orang yang lain. Menurut lazarlus, kuncinya terletak pada persepsi orang itu sendiri, yakni ia merasa terancam oleh stressor tersebut, dan bukan terhadap stressornya.[2]
Model stress lazarus terbagi menjadi tiga tahapan, pada tahapan  pertama disebut appraisal, seseorang membuat penilaian awal terhadap suatu stimulus, yakni seberapapenting stimulis itu untuk kesejahteaannya. Bebrepa penilaian yang bisa muncul pada tahap ini yakni  irrelevant yakni apabila dalam penilaian awal menganggap stimulus tersebut tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap kesejahteraannya. Tahap kedua yakni secondary appraisal tahapan ini seperti yang akan disampaikan dibawah yakni berupa emotion-focused coping dan problem-focus coping. Tahap ketiga yakni berupa outcome (hasil)
b.      Devinisi Coping
Lazarus and folkman mendevinisikan “Coping is the process of attempting to manage the demands created by stressful events that are appraised as taxing or exceeding a person’s resources”.[3]   Coping itu sendiri mempunyai dua bentuk utama dalam penaggulngan stress, fungsi tersebut ialah the regulation of emotions or distress (emotion-focused coping) and the management of the problem that si causing the disstres ( problem-focus coping).[4]

Bentuk penaggulangan stress menurut lazarus yakni:
a.     Problem Focused Coping (PFC) adalah merupakan bentuk coping yang lebih diarahkan kepada upaya untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh tekanan. artinya coping yang muncul terfokus pada masalah individu yang akan mengatasi stres dengan mempelajari cara-cara keterampilan yang baru. Individu cenderung menggunakan strategi ini ketika mereka percaya bahwa tuntutan dari situasi dapat diubah Strategi ini melibatkan usaha untuk melakukan sesuatu hal terhadap kondisi
b. Emotion Focused Coping (EFC) merupakan bentuk coping yang diarahkanuntuk mengatur respon emosional terhadap situasi yang menekan. Individudapat mengatur respon emosionalnya dengan pendekatan behavioral dan kognitif. Contoh dari pendekatan behavioral adalah penggunaan alkohol, narkoba, mencari dukungan emosional dari teman – teman dan mengikuti berbagai aktivitas seperti berolahraga atau menonton televisi yang dapat mengalihkan perhatian individu dari masalahnya. Sementara pendekatan kognitif melibatkan bagaimana individu berfikir tentang situasi yang menekan.
Dalam pendekatan kognitif, individu melakukan redefine terhadap situasi yang menekan seperti membuat perbandingan dengan individu lain yang mengalamisituasi lebih buruk, dan melihat sesuatu yang baik diluar dari masalah.Individu cenderung untuk menggunakan strategi ini ketika mereka percaya mereka dapat melakukan sedikit perubahan untuk mengubah kondisi yang menekan

c.       Devinisi skripsi
Skripsi adalah karya tulis hasil penelitian mandiri yang dilakukan secara sistematis dan metodologis oleh mahasiswa dalam rangka penyelesaian progam sarjana strata satu (S-1).[5]
Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, dengan mengaktualisasikan teori teori akademik yang diperoleh sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap mampu memadukan pengetahuan dan keterampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan, dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. Skripsi merupakan persyaratan untuk mendapatkan status sarjana (S1) di setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ada di Indonesia.
Selain bertujuan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan strata satu ( S1) kepenulisan skrispsi juga bertujuan untuk melatih keterampilan bagi mahasiswa untuk beragumentasi secara ilmiah dan rasional dengan caa meulis dalam laporan ilmiah. Juga melatih ketekunan dan kesabaran dalam merunut, mengumpulkan dan merajut aneka teori akdemik yang tersebar dalam banyak buku ilmiah diberbagai tempat.Proses skripsi adalah proses pembelajaran kejujuran, baik dalam mengumpulkan data, mengolah data, demikian juga dalam hal menganalisa data.  Oleh krena itu kebijakan pembuatan skripsi ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung, bagi mahasiswa dan segenap sivitas akademik dapat membangun budaya mental dan sikap akademik, yaiti kemampuan membaca, menelaah buku-buku ilmiah, meneliti, dan menulis karya ilmiah yang berbobot
Proses penyusunan skripsi berbeda-beda antara satu kampus dengan yang lain. Namun umumnya, proses penyusunan skripsi adalah sebagai berikut:
§  Pengajuan judul skripsi
§  Pengajuan proposal skripsi
§  Seminar proposal skripsi
§  Penelitian atau penyusunan
§  Setelah penulisan dianggap siap dan selesai, mahasiswa mempresentasikan hasil karya ilmiahnya tersebut pada Dosen Penguji (sidang tugas akhir).
§  Mahasiswa yang hasil ujian skripsinya diterima dengan revisi, melakukan proses revisi sesuai dengan masukan Dosen Penguji.

d.      Stressor Dalam Penyusunan Skripsi
Bagi sebagaian mahasiswa tingkat akhir masih berpandangan bahwa skripsi merupakan momok yang menakutkan, yang menjadi pertanyaan dimanakah letak momok menakutkan tersebut, Sehingga acap kali penyusunan skripsi menjadi suatu yang sakral, biasanya permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam proses penulisan skripsi diantaranya adalah kesulitan mencari literatur, dana yang terbatas, tidak terbiasa menulis dalam arti menulis karya ilmiah, kurang terbiasa dengan sistem kerja terjadwal dengan pengaturan waktu sedemikian ketat dan masalah dengan dosen pembimbing skripsi.
Dalam skripsi Januarti, dengan judul Hubungan antara Persepsi terhadap Dosen Pembimbing dengan Tingkat Stress dalam Menulis Skripsi  yang merupakan mahasiswa universitas muhamadiyah Surakarta mendapati kendala-kendala yang bisa menjadi stressor bagi mahasiswa dalam menulis tugas akhir skripsi adalah kendala internal yang meliputi malas sebesar (40%), motivasi rendah sebesar  (26,7%), takut bertemu dosen pembimbing sebesar (6,7%), sulit menyesuaikan diri dengan dosen pembimbing skripsi sebesar (6,7%). Kendala eksternal yang berasal dari dosen pembimbing skripsi meliputi sulit ditemui sebesar (36,7%), minimnya waktu bimbingan sebesar (23,3%), kurang koordinasi dan kesamaan persepsi antara pembimbing 1 dan pembimbing 2 sebesar (23,3%), kurang jelas memberi bimbingan sebesar (26,7%), dan dosen terlalu sibuk sebesar (13,3%). Kendala buku–buku sumber meliputi kurangnya buku–buku referensi yang fokus terhadap permasalahan penelitian sebesar (53,3%), referensi yang ada merupakan buku edisi lama sebesar (6,7%). Kendala faslitas penunjang meliputi terbatasnya dana dengan materi skripsi, kendala penentuan judul atau permasalahan yang ada sebesar (13,3%), bingung dalam mengembangkan teori sebesar (3,3%). Kendala metodologi meliputi kurangnya pengetahuan penulis tentang metodologi sebesar (10%), kesulitan mencari dosen ahli dalam bidang penelitian berkaitan dengan metode penelitian dan analisis validitas instrumen tertentu  sebesar (6,7%).[6]
e.       Dampak Negatif Stress
Stress dapat menimbulkan dampak negative bagi individu. Dampak tersebut bisa merupakan gejala fisik maupun psikis dan akan menimbulkan gejala-gejala tertentu. Reaksi stress bagi individu dapat digolongkan menjadi bebrapa gejala sebagai berikut:[7]
1.      Gejala fisiologis, berupa keluhan seperti sakit kepala, sembelit, diare. Sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan darah tinggi, kelelahan, sakit perut, maag, berubah selera makan, susah tidur, dan kehilangan semangat.
2.      Gejala emosional, berupa keluhan seperti gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut, mudah tersinggung, sedih dan depresi.
3.      Gejala kognitif, berupa keluhan seperti gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut, mudah tersinggung, sedih, dan depresi.
4.      Gejala interpersonal, berupa sikap acuh tak acuh pada lingkungan, apatis, agresif, minder, kehilangan kepercayaan pada orang lain, dan mudah mempersalahkan orang lain.
5.      Gejala organisasional, berupa meningkatnya keabsenan dalam kerja atau kuliah, menurunnya prodiktivitas, ketegangan dengan rekan, ketidak puasan kerja danmenurunnya dorongan untuk berprestasi

f.        Strategi Penanggulangan Stress (Coping Stress)
Dari pembahasan awal mengenai stress diatas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi kunci dari stress adalah persepsi atau cara pandang terhadap sesuatu. Untuk menyikapi hal tersebut perlu persiapan secara khusus, diantara yang perlu dipersiapkan dalam penyusunan skripsi adalah memiliki sikap mental ,berfikir positif dan tingkatkan kemampuan sosialiasai.[8]
Problem mahasiswa dari dahulu sampai sekrang selalu mengeluh mengalami permasalaham dlam menyelesaikan skripsi, skripsi dianggap suatu yang menakutkan dalam benak mahasiswa pasti terbayang bayang kesulitan yang mungkin dihadapi, bayangan tersebut dintaranya adalah bahwa skrispi pasti akan menguras pokiran tenaga serta biaya.
Sikap mental yang dimagsud disini adalah mahasiswa harus memahami bahwa skrispsi selain menjadi syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan, tetapi juga  bertujuan agar setiap mahasiswa juga memiliki sikap mental akademik dan intelektual sebagai seorang mahasiswa. Dengan memiliki sikap metal tersebut diyakini pada proses penyusunan skripsi mahasiswa tidak akan mengeluh apabila menemui kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Berfikir positive, banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan skripsi tidak saja dipersiapkan secara mental sebagai seorang mahasiswa, mahasiswa pun harus bisa memahami hal positif yangbisa diperoleh selama penyusunan skripsi diantaranya ilah bermanfaat bagi perkembangan intelektual dan psikologis, seperti melatih berfikir ilmiah, melatih menulis, melatih kejujuran, melatih kerja keras, melatih kedisiplinan dan melatih kesabaran.
Tingkatkan sosialisasi
Dalam menyusun skripsi menulis bukanlah kemampuan satu-satunya yang harus dikuasai, karena kemampuan sosialisasi memiliki porsi yang cukup vital, rasa takut untuk bertemu dengan pembimbing dan rasa takut dalam pengumpulan data merupakan cerminan kemampuan sosialisasi yang buruk jika hal ini terus dipelihara maka dapat dipastikan penyususnan skripsi akan terhambat.


  
KESIMPULAN

Skripsi yang merupakan salah satu kewajiban yang harus di susun oleh mahasiswa strata satu kerap menjadi momok yang menakutkan bagi sebagaian mahasiswa, kerap kali karena begitu banyak problem yang dihadapi acap kali meimbulkan gangguan psikis berupa stres, yang tak jarang dari stress tersebut berakibat pada kesehatan mahasiswa.
Pada hakikatnya tak semua stress itu berdampak negatif, yang menjadi kunci utama agar stres tak berdampak negatif adalah dengan merubah cara pandang terhadap permasalahan yang ada, khususnya dalam penyusunan skripsi seharusnya mahasiswa bisa memandang skripsi beserta semua proses didalmnya sebagai sesuatu yang positif sehingga diharapkan selama proses penyusunan skrispsi mahasiswa dapat terhindar dari distress.



DAFTAR PUSTAKA
Kunthi, Kinansih Adinda Skripsi Kelar Dalam 30 Hari, Kelaten:Galmas Publisher, 2011
Rochman, Kholil Lur Kesehatan Mental, Stain Press:Purwokerto, 2010
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Skripsi ( Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Purwokerto, Stain Press:Purwokerto, 2012
Safari, Triantoro Dan Nofrans Eka Saputra, Manajemaen Emosi ( Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dlam Hidup), Bumi Aksara:Jakarta, 2009
Shelley E. Taylor and Annette L. Stanton, Coping Resources, Coping Processes, and Mental Health, Department of Psychology, University of California, Los Angeles, California,
Susan Folkman, Personal Control And Stress And Coping Processes: A Theoretical Analisis, University Of California, Berkeley
Http://Staff.Unila.Ac.Id/Janter/2012/05/30/Kendala-Mahasiswa-Dalam-Menulis-Skripsi/



[1]  Adinda Kunthi Kinansih, Skripsi Kelar Dalam 30 Hari, (Kelaten:Galmas Publisher, 2011), Hal 15
[2] Kholil Lur Rochman, Kesehatan Mental, (Stain Press:Purwokerto, 2010), Hal. 107-111
[3] Shelley E. Taylor And Annette L. Stanton, Coping Resources, Coping Processes, And Mental Health, Department Of Psychology, University Of California, Los Angeles, California,Hal 378
[4] Susan Folkman, Personal Control And Stress And Coping Processes: A Theoretical Analisis, University Of California, Berkeley, Hal 844
[5] Tim Penyusun, Panduan Penulisan Skripsi ( Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN ) Purwokerto, Stain Press:Purwokerto, 2012, hal 1
[7] Triantoro Safari Dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi ( Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dlam Hidup), (Bumi Aksara:Jakarta, 2009), Hal. 30
[8] Adinda Kunthi Kinansih, Skripsi Kelar Dalam 30 Hari, Hal 6-29

0 comments