COPING
STRESS DALAM PENYUSUNAN SKRIPSI
A. PENDAHULUAN
Sebuah buku dengan judul
kesehatan mental membuat saya heran karena dalam buku tersebut terselip
sebuah kata yang membuat saya terdorong membuat makalah ini, kata tersebut
adalah menikmati gangguan jiwa sebagai sebuah keniscayaan dalam hidup, sebentar
saya memikirkan apa yang dimagsud dengan gangguan jiwa, dalam buku tersebut
dijelaskan bahwa gangguan jiwa yang dimagsud adalah kesulitan atau problem
psikis dengan uraian yang lebih singkat dinamakan dengan istilah tekanan jiwa
atau stress.
Skripsi sebagai salah satu momok yang menakutkan bagi
mahasiswa turut menyumbang problem psikis pada mahasiswa, terlebih apabila
mahasiswa tersebut tidak mampu menguasai tekanan yang didapatnya. Tekanan-tekanan tersebut pada akhirnya dapat
menyebabkan stres, misalnya rendah diri, frustrasi, kehilangan motivasi,
menunda penyusunan skripsi dan bahkan ada yang memutuskan untuk tidak
menyelesaikan skripsinya. Beberapa Gejala awal atau gejala ringan stress yang
banyak ditunjukkan oleh mahasiswa antara lain gangguan tidur seperti kesulitan
tidur, sering terlihat cemas, mudah marah, malas dll.
Skripsi merupakan
salah satu kewajiban yang harus diselesaikan seorang mahasiswa strata satu (S1)
sebagai syarat yang harus dikerjakan sebelum memperoleh gelar kesarjanaan.
Sebgai sebuah kewajiban akhir, banyak persepsi bagi mahasiswa yang menganggap
penyusunan skripsi amatlah sakral, sehingga menjadi momok yang menakutkan bagi
sebagaian mahasiswa, sakral yang dimagsud disinia adalah adanya persepsi dalam
pembuatan skripsi pasti akan banyak menguras tenaga, waktu, biaya bahkan tak
jarang menguras emosi penulis yang ahirnya menimbul gejala stress dalam diri
mahasiswa.[1]
Stress
sebagai suatu gejala psikologis yang bagi sebagian orang mempersepsikan dengan
penyakit kejiwaan tidaklah hal tersebut benar seratus persen, bagi orang dengan
kejiwaaan yang normal bahkan kerap kali mengalami gejala stres, stres sendiri
bagi kalangan psikologi memiliki penjabaran yang cukup luas, dimana stres
tersebut dapat dikategorikan dalam beberapa aspek tingkatan.
Dalam
kehidupan sehari hari manusia
tidaklah bisa lepas dari stres,
masalahnya adalah bagaimana beradaptasi
dengan stress tanpa mengalami distress. Tidak semua stress itu berkonotasi
negative, bebrapa bersifat positif, misalnya
promosi jabatan, promosi jabatan mengakibatkan tanggung jawab yang
semkin besar. Bila ia sanggup menjalankan beban tugas jabatanya yang baru ini
dengan baik tanpa ada keluhan berarti, baik secara fisik maupun mental serta
merasa senangmaka dikatakan ia tidak mengalami distress.
Dalam
makalah ini penulis akan berusaha membahas coping stres dalam penyusunan
skripsi, dimana penulis akan berusaha menjabarkan diantaranya mengenai devinisi
stress, devinisi skripsi, gejala dan akibat stress yang sering muncul dalam
penyusunan skripsi, serta tips untuk meminimalisir stres dalam penyusunan
skripsi.
B. PEMBAHASAN
a. Devinisi
Stres
Dalam terminology Indonesia, stress
disebut juga dengan istilah cemas, secara terminology, stress berasal dari
pengertian istilah Yunani yaitu merimnai yang
merupakan paduan dua kata, yaitu Meriza
(membelah, bercabang) dan nous (pikiran). Dari kedua istilah ini pengertian
stress berarti mebagi pikiran antara minat-minat yang baik dengan pikiran yang
merusak. Oleh sebab itu, orang yang mengalami stres tidak mungkin mengalami
kesejahteraan pikiran sebab pikirannya bercabang antara minat-minat yang layak
dan merusak. Pikiran yang merusak tersebut disebabkan oleh ancaman karena
hal-hal yang tidak mengenakan maupun karena karena suatu yangmenyenangkan
kepribadian seseorang. Hal ini membeuat keseimbangan terganggu sehingga memacu
stress.
Istilah stress pertama kali
diperkenalkan oleh Dr.Hans Selye dari Institute Pengobatan Dan Pembedahan
Eksperimental, Universitas Montreal, Canada. Menurut selye, stress merupakan
reaksi tubuh yang tidak menentu terhadap apa yang dituntut dari tubuh itu.
Selye juga mendevinisikan stress sebagai respon umum dari tubuh terhadap segala
jenis tuntutan stressor yang diberikan kepadanya. Menurut selye pada waktu
menghadapi stressor, tubuh mengeluarkan reaksi-reaksi yang disebut General Adaptation Syindrom (GAS). Gas
terdiri dari tiga tahapan yakni:alarm reaction, tahap dimana terjadi persiapan
untuk melawan stressor; stage of resistance, tahap dimana terjadi perlawanan
terhadap stressor dan stage of exhaustion, tahapan dimana terjadi pelemahan
perlawanan terhadap stressor yang berkepanjangan.
Dalam bukunya the strss if life, Selye merumuskan pengertian yang umum terhadap
stress yang meliputi: stress merupakan kelelahan berat yang disebabkan oleh
kehidupan; stress merupakan suatu keadaan yang dinyatakan dengan adanya
gejala-gejala biologis tertentu dan keadaan ini dapat menyenangkan dapat juga
dapat juga tidak menyenangkan; stress merupakan pengerahan daya tahan tubuh
yang memungkinkan manusia untuk
menyesuaikan diri terhadap peristiwa peristiwa yang tidak enak atau
mengancam; dan stress akan berbahaya jika terlalu berkepanjangan, terjadi
terlalu sering, atau terpusat pada satu organ tubuh tertentu.
Sedangkan
menurut pandangan psikiater Dadang Hawari, stress adalah respon tubuh yang
sifatnya non-spesifik terhadap setip tuntutan beban atasnya. Dicontohkan
bagaimana respon tubuh seseorang manakala yang bersangkutan mengalami beban
pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya artinya tidak ada
gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan orang tersebut tidak mengalami
stres, tetapi apabila ada organ tubuh yang menjadi bermasalah maka dapat
dikatan orang tersebut mengalami distress. Lebih lanjut dalam perkembangan
selanjutnya ternyata dampak stress ini tidak hanya mengenai gangguan fungsional
hingga kelainan organ tubuh, tetapi juga berdampak pada gangguan kejiwaan,
misalnya kecemasan dan atau depresi.
Lazarus
mendefinisikan stress sebagai kaitan tertentu
antara seseorang dengan lingkungannya dimana ia menilai kondisi itu sebagai
sesuatu yang membebaninya atau melebihi kesanggupannya dan membahayakan
kesejahteraannya. Dalam teorinya cognitive stress sistem, lazarus menyimpulkan
bahawa stress merupakan sebuah produk dari proses kognitif, tentang apa yang
kita pikirkan dan bagaimana kita menilai keadaan, teori ini berkembang dari
pertanyaan, mengapa suatu bisa menjadi stressor bagi orang yang satu, namun
bukan menjadi stressor bagi orang yang lain. Menurut lazarlus, kuncinya
terletak pada persepsi orang itu sendiri, yakni ia merasa terancam oleh
stressor tersebut, dan bukan terhadap stressornya.[2]
Model
stress lazarus terbagi menjadi tiga tahapan, pada tahapan pertama disebut appraisal, seseorang membuat penilaian awal terhadap suatu
stimulus, yakni seberapapenting stimulis itu untuk kesejahteaannya. Bebrepa
penilaian yang bisa muncul pada tahap ini yakni
irrelevant yakni apabila dalam penilaian awal menganggap stimulus
tersebut tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap kesejahteraannya. Tahap kedua
yakni secondary appraisal tahapan ini
seperti yang akan disampaikan dibawah yakni berupa emotion-focused coping dan
problem-focus coping. Tahap ketiga yakni berupa outcome (hasil)
b. Devinisi
Coping
Lazarus and folkman
mendevinisikan “Coping is the process of attempting to manage the demands
created by stressful events that are appraised as taxing or exceeding a
person’s resources”.[3] Coping
itu sendiri mempunyai dua bentuk utama dalam penaggulngan stress, fungsi tersebut
ialah the regulation of emotions or distress (emotion-focused coping) and the
management of the problem that si causing the disstres ( problem-focus coping).[4]
Bentuk
penaggulangan stress menurut lazarus yakni:
a. Problem Focused Coping (PFC)
adalah merupakan bentuk coping yang lebih diarahkan kepada upaya untuk
mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh tekanan. artinya coping yang
muncul terfokus pada masalah individu yang akan mengatasi stres dengan
mempelajari cara-cara keterampilan yang baru. Individu cenderung menggunakan
strategi ini ketika mereka percaya bahwa tuntutan dari situasi dapat diubah
Strategi ini melibatkan usaha untuk melakukan sesuatu hal terhadap kondisi
b.
Emotion Focused Coping (EFC) merupakan bentuk coping yang diarahkanuntuk mengatur
respon emosional terhadap situasi yang menekan.
Individudapat mengatur respon emosionalnya dengan pendekatan behavioral dan
kognitif. Contoh dari pendekatan behavioral adalah penggunaan alkohol,
narkoba, mencari dukungan emosional dari teman – teman dan mengikuti berbagai
aktivitas seperti berolahraga atau menonton televisi yang dapat mengalihkan
perhatian individu dari masalahnya. Sementara pendekatan kognitif melibatkan
bagaimana individu berfikir tentang situasi yang menekan.
Dalam pendekatan kognitif,
individu melakukan redefine terhadap situasi yang menekan seperti
membuat perbandingan dengan individu lain yang mengalamisituasi lebih buruk,
dan melihat sesuatu yang baik diluar dari masalah.Individu cenderung untuk
menggunakan strategi ini ketika mereka percaya mereka dapat melakukan sedikit
perubahan untuk mengubah kondisi yang menekan
c. Devinisi
skripsi
Skripsi adalah karya tulis hasil penelitian mandiri yang dilakukan
secara sistematis dan metodologis oleh mahasiswa dalam rangka penyelesaian progam
sarjana strata satu (S-1).[5]
Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan
menulis suatu karya ilmiah, dengan mengaktualisasikan teori teori akademik yang
diperoleh sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi
dianggap mampu memadukan pengetahuan dan keterampilannya dalam memahami,
menganalisis, menggambarkan, dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan
bidang keilmuan yang diambilnya. Skripsi merupakan persyaratan untuk
mendapatkan status sarjana (S1) di setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ada di Indonesia.
Selain bertujuan untuk mendapatkan gelar
kesarjanaan strata satu ( S1) kepenulisan skrispsi juga bertujuan untuk melatih
keterampilan bagi mahasiswa untuk beragumentasi secara ilmiah dan rasional
dengan caa meulis dalam laporan ilmiah. Juga melatih ketekunan dan kesabaran
dalam merunut, mengumpulkan dan merajut aneka teori akdemik yang tersebar dalam
banyak buku ilmiah diberbagai tempat.Proses skripsi adalah proses pembelajaran
kejujuran, baik dalam mengumpulkan data, mengolah data, demikian juga dalam hal
menganalisa data. Oleh krena itu
kebijakan pembuatan skripsi ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung,
bagi mahasiswa dan segenap sivitas akademik dapat membangun budaya mental dan
sikap akademik, yaiti kemampuan membaca, menelaah buku-buku ilmiah, meneliti,
dan menulis karya ilmiah yang berbobot
Proses
penyusunan skripsi berbeda-beda antara satu kampus dengan yang lain. Namun
umumnya, proses penyusunan skripsi adalah sebagai berikut:
§
Pengajuan judul skripsi
§
Pengajuan proposal skripsi
§
Setelah penulisan dianggap siap dan selesai, mahasiswa
mempresentasikan hasil karya ilmiahnya tersebut pada Dosen Penguji (sidang
tugas akhir).
§
Mahasiswa yang hasil ujian skripsinya diterima dengan revisi,
melakukan proses revisi sesuai dengan masukan Dosen Penguji.
d.
Stressor Dalam
Penyusunan Skripsi
Bagi sebagaian mahasiswa tingkat akhir masih berpandangan
bahwa skripsi merupakan momok yang menakutkan, yang menjadi pertanyaan
dimanakah letak momok menakutkan tersebut, Sehingga acap kali penyusunan
skripsi menjadi suatu yang sakral, biasanya permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam proses penulisan
skripsi diantaranya adalah kesulitan mencari literatur, dana yang terbatas,
tidak terbiasa menulis dalam arti menulis karya ilmiah, kurang terbiasa dengan
sistem kerja terjadwal dengan pengaturan waktu sedemikian ketat dan masalah
dengan dosen pembimbing skripsi.
Dalam skripsi Januarti, dengan judul Hubungan antara Persepsi
terhadap Dosen Pembimbing dengan Tingkat Stress dalam Menulis Skripsi yang merupakan mahasiswa universitas
muhamadiyah Surakarta mendapati kendala-kendala yang bisa menjadi stressor bagi
mahasiswa dalam menulis tugas akhir skripsi adalah kendala internal yang
meliputi malas sebesar (40%), motivasi rendah sebesar (26,7%), takut
bertemu dosen pembimbing sebesar (6,7%), sulit menyesuaikan diri dengan dosen
pembimbing skripsi sebesar (6,7%). Kendala eksternal yang berasal dari dosen
pembimbing skripsi meliputi sulit ditemui sebesar (36,7%), minimnya waktu
bimbingan sebesar (23,3%), kurang koordinasi dan kesamaan persepsi antara
pembimbing 1 dan pembimbing 2 sebesar (23,3%), kurang jelas memberi bimbingan
sebesar (26,7%), dan dosen terlalu sibuk sebesar (13,3%). Kendala buku–buku
sumber meliputi kurangnya buku–buku referensi yang fokus terhadap permasalahan
penelitian sebesar (53,3%), referensi yang ada merupakan buku edisi lama
sebesar (6,7%). Kendala faslitas penunjang meliputi terbatasnya dana dengan
materi skripsi, kendala penentuan judul atau permasalahan yang ada sebesar
(13,3%), bingung dalam mengembangkan teori sebesar (3,3%). Kendala metodologi
meliputi kurangnya pengetahuan penulis tentang metodologi sebesar (10%),
kesulitan mencari dosen ahli dalam bidang penelitian berkaitan dengan metode
penelitian dan analisis validitas instrumen tertentu sebesar (6,7%).[6]
e.
Dampak Negatif
Stress
Stress dapat menimbulkan dampak negative bagi individu.
Dampak tersebut bisa merupakan gejala fisik maupun psikis dan akan menimbulkan
gejala-gejala tertentu. Reaksi stress bagi individu dapat digolongkan menjadi
bebrapa gejala sebagai berikut:[7]
1.
Gejala
fisiologis, berupa keluhan seperti sakit kepala, sembelit, diare. Sakit
pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan darah tinggi, kelelahan, sakit
perut, maag, berubah selera makan, susah tidur, dan kehilangan semangat.
2.
Gejala
emosional, berupa keluhan seperti gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut,
mudah tersinggung, sedih dan depresi.
3.
Gejala
kognitif, berupa keluhan seperti gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut,
mudah tersinggung, sedih, dan depresi.
4.
Gejala
interpersonal, berupa sikap acuh tak acuh pada lingkungan, apatis, agresif,
minder, kehilangan kepercayaan pada orang lain, dan mudah mempersalahkan orang
lain.
5.
Gejala
organisasional, berupa meningkatnya keabsenan dalam kerja atau kuliah,
menurunnya prodiktivitas, ketegangan dengan rekan, ketidak puasan kerja
danmenurunnya dorongan untuk berprestasi
f.
Strategi Penanggulangan Stress (Coping Stress)
Dari pembahasan awal mengenai stress diatas,
dapat disimpulkan bahwa yang menjadi kunci dari stress adalah persepsi atau
cara pandang terhadap sesuatu. Untuk menyikapi hal tersebut perlu persiapan
secara khusus, diantara yang perlu dipersiapkan dalam penyusunan skripsi adalah
memiliki sikap mental ,berfikir positif dan tingkatkan kemampuan sosialiasai.[8]
Problem mahasiswa dari dahulu sampai sekrang
selalu mengeluh mengalami permasalaham dlam menyelesaikan skripsi, skripsi
dianggap suatu yang menakutkan dalam benak mahasiswa pasti terbayang bayang
kesulitan yang mungkin dihadapi, bayangan tersebut dintaranya adalah bahwa
skrispi pasti akan menguras pokiran tenaga serta biaya.
Sikap mental yang dimagsud disini adalah
mahasiswa harus memahami bahwa skrispsi selain menjadi syarat untuk mendapatkan
gelar kesarjanaan, tetapi juga bertujuan
agar setiap mahasiswa juga memiliki sikap mental akademik dan intelektual
sebagai seorang mahasiswa. Dengan memiliki sikap metal tersebut diyakini pada
proses penyusunan skripsi mahasiswa tidak akan mengeluh apabila menemui
kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Berfikir positive, banyaknya permasalahan yang
dihadapi dalam penyusunan skripsi tidak saja dipersiapkan secara mental sebagai
seorang mahasiswa, mahasiswa pun harus bisa memahami hal positif yangbisa
diperoleh selama penyusunan skripsi diantaranya ilah bermanfaat bagi
perkembangan intelektual dan psikologis, seperti melatih berfikir ilmiah,
melatih menulis, melatih kejujuran, melatih kerja keras, melatih kedisiplinan
dan melatih kesabaran.
Tingkatkan sosialisasi
Dalam
menyusun skripsi menulis bukanlah kemampuan satu-satunya yang harus dikuasai,
karena kemampuan sosialisasi memiliki porsi yang cukup vital, rasa takut untuk
bertemu dengan pembimbing dan rasa takut dalam pengumpulan data merupakan
cerminan kemampuan sosialisasi yang buruk jika hal ini terus dipelihara maka
dapat dipastikan penyususnan skripsi akan terhambat.
KESIMPULAN
Skripsi yang merupakan salah satu kewajiban yang harus di
susun oleh mahasiswa strata satu kerap menjadi momok yang menakutkan bagi sebagaian
mahasiswa, kerap kali karena begitu banyak problem yang dihadapi acap kali
meimbulkan gangguan psikis berupa stres, yang tak jarang dari stress tersebut
berakibat pada kesehatan mahasiswa.
Pada hakikatnya tak semua stress itu berdampak negatif, yang
menjadi kunci utama agar stres tak berdampak negatif adalah dengan merubah cara
pandang terhadap permasalahan yang ada, khususnya dalam penyusunan skripsi seharusnya
mahasiswa bisa memandang skripsi beserta semua proses didalmnya sebagai sesuatu
yang positif sehingga diharapkan selama proses penyusunan skrispsi mahasiswa
dapat terhindar dari distress.
DAFTAR
PUSTAKA
Kunthi, Kinansih Adinda Skripsi Kelar Dalam 30 Hari,
Kelaten:Galmas Publisher, 2011
Rochman,
Kholil Lur Kesehatan Mental, Stain Press:Purwokerto,
2010
Tim
Penyusun, Panduan Penulisan Skripsi ( Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN
) Purwokerto, Stain Press:Purwokerto, 2012
Safari, Triantoro Dan Nofrans Eka
Saputra, Manajemaen Emosi ( Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi
Positif Dlam Hidup), Bumi Aksara:Jakarta, 2009
Shelley
E. Taylor and Annette L. Stanton, Coping
Resources, Coping Processes, and Mental Health, Department of Psychology,
University of California, Los Angeles, California,
Susan
Folkman, Personal Control And Stress And Coping Processes: A Theoretical
Analisis, University Of California, Berkeley
Http://Staff.Unila.Ac.Id/Janter/2012/05/30/Kendala-Mahasiswa-Dalam-Menulis-Skripsi/
[1]
Adinda Kunthi Kinansih, Skripsi
Kelar Dalam 30 Hari, (Kelaten:Galmas Publisher, 2011), Hal 15
[2] Kholil Lur Rochman, Kesehatan Mental, (Stain
Press:Purwokerto, 2010), Hal. 107-111
[3] Shelley E.
Taylor And Annette L. Stanton, Coping
Resources, Coping Processes, And Mental Health, Department Of Psychology,
University Of California, Los Angeles, California,Hal 378
[4] Susan Folkman, Personal Control
And Stress And Coping Processes: A Theoretical Analisis, University Of
California, Berkeley, Hal 844
[5] Tim Penyusun, Panduan Penulisan Skripsi (
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN ) Purwokerto, Stain Press:Purwokerto,
2012, hal 1
[6] Http://Staff.Unila.Ac.Id/Janter/2012/05/30/Kendala-Mahasiswa-Dalam-Menulis-Skripsi/
di akses pada tanggal 12-12-2012 pada jam
20.00
[7] Triantoro Safari Dan Nofrans Eka
Saputra, Manajemen Emosi ( Sebuah
Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dlam Hidup), (Bumi
Aksara:Jakarta, 2009), Hal. 30
[8] Adinda Kunthi Kinansih, Skripsi Kelar Dalam 30 Hari, Hal 6-29
0 comments
Posting Komentar